KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN

industry-11zk6qj

“If one wishes to distinguish leadership from management or administration, one can argue that leaders create and change cultures, while managers and administrators live within them” (Edgar Schein)

“Apabila seseorang hendak membedakan kepemimpinan dari manajemen atau administrasi, dia dapat mengatakan bahwa para pemimpin menciptakan dan mengubah budaya-budaya, sementara para manajer dan administrator (penatalaksana) hidup dalam lingkup budaya-budaya itu” (Edgar Schein)

Seperti tulisan saya yang berjudul KEPEMIMPINAN ADALAH SEBUAH PROSES(KOMPASIANA, 7 Januari 2014), tulisan saya kali ini juga dimaksudkan sebagai perkenalan atau introduksi di bidang kepemimpinan, terutama bagi para pemudi dan pemuda Indonesia yang memiliki aspirasi untuk menjadi pemimpin, apakah di dunia bisnis atau di dunia non-bisnis, misalnya pemerintahan, kepartaian dlsb. Dalam tulisan saya yang berjudul PERANAN VISI DALAM KEPEMIMPINAN (KOMPASIANA, 31 Desember 2013), memang saya berjanji untuk menulis sesuatu tentang hubungan antara kepemimpinan dan manajemen ini.

HUBUNGAN ANTARA KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN

Croke_Transition_Team2Dalam mencoba menjawab pertanyaan “Apakah kepemimpinan  (leadership) itu?”, maka wajarlah apabila kita menyoroti hubungan antara kepemimpinan dan manajemen. Bagi banyak orang, kata “manajemen” mengingatkan akan kata-kata seperti efisiensi, perencanaan, kerja kertas (paperwork), prosedur-prosedur (SOP ???), regulasi-regulasi, pengendalian dan konsistensi. Di lain pihak kata “kepemimpinan” seringkali diasosiasikan dengan kata-kata pengambilan risiko, dinamika, kreativitas, perubahan, dan visi. Ada yang mengatakan bahwa kepemimpinan pada dasarnya memilih nilai, jadi kegiatan yang dipenuhi dengan nilai-nilai, sedangkan tidak begitu halnya dengan manajemen.

Pada tahun 1991 survei internasional perihal kepemimpinan yang dilakukan atas 700 orang eksekutif puncak menunjukkan bahwa 60% tidak puas dengan upaya-upaya kepemimpinan pribadi mereka. Apakah para eksekutif ini merasakan bahwa sukses mereka  terlebih-lebih suatu akibat dari manajemen yang baik daripada karena kepemimpinan, dan bahwa keterampilan-keterampilan kepemimpinan yang lebih kuat akan menghasilkan sukses yang lebih besar? Pertanyaan ini diikuti dengan sebuah pertanyaan yang critical: Apakah keterampilan-keterampilan dan karakteristik-karakteristik kepemimpinan sama atau berbeda dengan keterampilan-keterampilan dan karakteristik-karakteristik manajemen? (Joe Reynolds, OUT FRONT LEADERSHIP – DISCOVERING, DEVELOPING & DELIVERING YOUR POTENTIAL, 1994, hal. 29).

Para pemimpin mungkin saja bukan merupakan manajer yang baik. Akan tetapi apabila mereka bukan merupakan manajer yang baik (lihat bagian belakang tulisan ini tentang Dr. Martin Luther King, Jr., maka sebaiknya mereka memperkerjakan manajer-manajer yang baik. Sepak terjang manajemen pada umumnya terbatas pada jam kerja yang kurang dari 12 jam setiap hari kerja, sedangkan kepemimpinan adalah sebuah tanggung jawab 24 jam seharinya. Para pemimpin bermimpi, mengembangkan dan melakukan, sedangkan para manajer jarang bermimpi.

Sebagaimana produktivitas mengikuti kreativitas dan bentuk (forma) mengikuti fungsi, demikian pula manajemen mengikuti kepemimpinan. Fungsi adalah apa yang menjadi tanggung jawab anda untuk melakukan sesuatu, bentuk adalah bagaimana anda melakukannya. Baik para pemimpin maupun manajer mempunyai fungsi dan bentuk yang saling tergantung satu sama lain. Sang pemimpin membentuk dan menyampaikan nilai-nilai dan visi organisasi, lalu mengembangkan sebuah master strategy guna mencapai tujuan-tujuan dari visi itu. Kemudian sang pemimpin memberdayakan para manajer yang mampu untuk mengembangkan dan mengimplementasikan strategi-strategi unit-unit kerja mereka masing-masing yang mendukung master strategy. Selagi para manajer melakukan organizing, directing dancontrol strategi-strategi unit-unit kerja masing-masing, sang pemimpin bergerak maju terus dengan berinovasi dan dengan memperbaharui nilai-nilai dan visi organisasi.

Menurut Joe Reynolds, “Management tones the body of the organization, while leadership is the soul – the pulling and driving force that enables each part to bring a meaningful contribution to the whole”. (Manajemen menentukan nada tubuh organisasi, sedangkan kepemimpinan adalah jiwa – kekuatan mendorong dan menarik yang memampukan masing-masing bagian untuk memberikan suatu kontribusi yang berarti untuk keseluruhan organisasi).

Sebelum kita mencoba untuk membanding-bandingkan antara berbagai keterampilan dan karakteristik dari para pemimpin dengan keterampilan-keterampilan dan karakteristik-karakteristik para manajer, maka marilah kita memperhatikan lima buah kesamaan yang ditemukan dalam diri para pemimpin yang kuat, pada setiap tingkat. Kelima hal ini dikemukakan oleh J. Reynolds (hal. 31-32) :

1. Leaders focus on results (Para pemimpin fokus pada hasil).

2. Leaders bring order to chaos  (Para pemimpin membawa keteraturan pada keadaan yang kacau).

3. Leaders optimistically focus on the future (Para pemimpin dengan optimis memusatkan perhatian mereka pada masa depan).

4. Leaders take calculated risks (Para pemimpin mengambil risiko yang telah diperhitungkan).

5Leaders nurture excellence (Para pemimpin memelihara keunggulan).

Berdasarkan 5 (lima) kualitas kepemimpinan ini, kita dapat membahas perbandingan antara para pemimpin dan para manajer seperti diilustrasikan dalam tabel 1 di bawah ini.

LEADERS AND MANAGERS COMPARED

(PERBANDINGAN ANTARA PARA PEMIMPIN DAN PARA MANAJER)

· Leaders anticipate change (Para pemimpin mengantisipasi perubahan). · Managers react to change (Para manajer bereaksi terhadap perubahan)
· Leaders inspire commitment to the mission (Para pemimpin menginspirasikan komitmen kepada misi). · Managers organize people and systems to achieve the mission (Para manajer mengorganisasikan orang dan sistem-sistem guna mencapai misi).
· Leaders transform between paradigms (Para pemimpin melakukan transformasi di antara paradigma-paradigma). · Managers control and maintain within paradigms (Para manajer melakukan pengendalian dan pemeliharaan di dalam lingkup paradigma-paradigma yang berlaku).
· Leaders have followers (Para pemimpin mempunyai pengikut-pengikut). · Managers have employees (Para manajer mempunyai pegawai-pegawai).
· Leaders are effective with people (Pada pemimpin efektif dalam berhubungan dengan orang-orang). · Managers are efficient with systems (Para manajer efisien dengan sistem-sistem).
· Leaders empower authority (Para pemimpin memberdayakan wewenang [otoritas]). · Managers delegate responsibility (Para manajer mendelegasikan tanggung-jawab).
· Leaders measure qualitatively (Para pemimpin mengukur secara kualitatif). · Managers measure quantitatively (Para manajer mengukur secara kuantitatif).
· Leaders think globally (big picture) (Para pemimpin berpikir secara global – gambaran besar). · Managers think linearly (step by step Para manajer berpikir secara linear – langkah demi langkah).
· Leaders may not be good  managers (Para pemimpin dapat saja bukan merupakan manajer-manajer yang baik). · Managers may not be good leaders (Para manajer dapat saja bukan merupakan pemimpin-pemimpin yang baik).

Warren Bennis (On Becoming a Leader, Paperback edition with A New Introduction, 1994 second printing, hal. 44-45) membuat daftar perbedaan-perbedaan antara para manajer dan para pemimpin. (Bandingkanlah dengan tabel 1  di atas) :

· The manager administers, the leader innovates (Manajer menatalaksana; sang pemimpin melakukan inovasi).

· The manager is a copy; the leader is an original (Manajer adalah sebuah salinan; sang pemimpin adalah orijinal).

· The manager maintains; the leader develops (Manajer memelihara; sang pemimpin mengembangkan).

· The manager focuses on systems and structure; the leader focuses on people (Manajer fokus pada sistem-sistem dan struktur; sang pemimpin fokus pada orang-orang).

· The manager relies on control; the leader inspires trust (Manajer mengandalkan pengendalian; sang pemimpin menginspirasikan rasa percaya).

· The manager has a short-range view; the leader has a long-range perspective (Manajer memiliki pandangan jangka pendek; sang pemimpin memiliki suatu perspektif jangka panjang).

· The manager asks how and when; the leader asks what and why (Manajer bertanya “bagaimana” dan “kapan”; sang pemimpin bertanya “apa” dan “mengapa”).

· The manager has his eye always on the bottom line; the leader has his eye on the horizon (Manajer selalu menyoroti hasil akhir kinerja – rugi/laba dlsb.; sang pemimpin menatap ke depan, menatap horison).

· The manager imitates; the leader originates (Manajer meniru; sang pemimpin memulai sesuatu).

· The manager accepts the status quo; the leader challenges it (Manajer menerima status quo; sang pemimpin menantang status quo itu).

· The manager is the classic good soldier; the leader is his own person (Manajer adalah serdadu baik yang klasik; sang pemimpin adalah dirinya sendiri).

· The manager does things right; the leader does the right thing (Manajer melakukan segala sesuatu dengan benar; sang pemimpin melakukan hal yang benar).

TIGA CARA PANDANG YANG BERBEDA-BEDA

Cara pandang dari Reynolds dan Bennis yang sengaja disajikan secara lengkap (mungkin dirasakan oleh anda sebagai bertele-tele) adalah salah satu dari tiga cara yang dikemukakan oleh I. Cunningham dalam tulisannya yang berjudul LEADERSHIP DEVELOPMENT – MAPPING THE FIELD (1986). Cara pandang yang dipakai oleh Reynolds dan Bennis ini melihat dua konsep ini (kepemimpinan/pemimpin dan manajemen/manajer) sebagai terpisah namun berhubungan satu sama lain. Satu cara pandang yang lain adalah dengan mengasumsikan kepemimpinan sebagai satu kompetensi dari antara sejumlah kompetensi yang dibutuhkan untuk manajemen yang efektif. Satu cara pandang lain yang satu lagi adalah melihat adanya tumpang tindih secara parsial antara manajemen dan kepemimpinan.

DUNIA PRAKTEK

King_Jr_Martin_Luther_093.jpgKalau kita lihat daftar yang disusun Warren Bennis ini, tidaklah berarti bahwa  seseorang tidak dapat menjadi seorang manajer yang baik dan pada saat yang sama menjadi pemimpin yang baik pula. Sesungguhnya banyak orang yang diangkat ke berbagai posisi kepemimpinan setelah karir manajemen mereka yang sukses. Namun tugas (tasks) dan peran (roles) para pemimpin berbeda dengan tugas dan peran para manajer. Inilah yang harus dipahami sejak awal oleh seseorang yang ingin memulai mempelajari topik “kepemimpinan” dengan serius.

Marilah kita melihat apa yang diuraikan oleh Warren Bennis tentang tiga orang mantan presiden Amerika Serikat, Lyndon Johnson, Richard Nixon dan Jimmy Carter. Tiga-tiganya dapat dikatakan adalah “self-made men”, namun mereka gagal memenangkan hati rakyat Amerika dan akhirnya gagal sebagai para pemimpin bangsa besar itu. Tiga-tiganya adalah pribadi-pribadi yang kompeten, namun ambisi mereka melampaui talenta yang mereka miliki. Johnson bercita-cita membangun suatu Great Society,namun dia memulai perang besar-besaran di Vietnam yang pada akhirnya mencoreng muka Amerika Serikat di mata dunia dan di mata rakyatnya sendiri. Nixon terlebih-lebih ingin memerintah rakyat Amerika daripada memimpin mereka, dan dia pun tidak dapat melarikan diri dari pemaksulan (impeachment) dirinya gara-gara skandal Watergate. Dalam hal Carter, memang tidak pernah jelas apa yang diinginkannya, kecuali Gedung Putih, tulis Warren Bennis.  Memang saya tidak menyalin semua yang ditulis oleh Bennis (hal. 43), namun semuanya menunjukkan kegagalan tiga orang yang sebenarnya baik sebagai manajer namun buruk sebagai pemimpin. Ingat kesalahan yang dibuat oleh Carter dalam operasi penyelamatan para sandera di Iran. Memang pada akhirnya para sandera dibebaskan oleh pemerintah Iran, namun Ayatollah Khomeini dengan sengaja menyerahkan mereka kepada pemerintahan Ronald Reagan dengan maksud untuk menghina Carter. Sebagai pribadi, Carter memang akhirnya dapat mengembangkan visi pribadinya dalam bidang kemanusiaan dengan mewujudkan misi sosialnya di benua Afrika. Kebaikannya sebagai seorang anak manusia yang berbelas kasihan pada mereka yang menderita tetap dikenang oleh pribadi-pribadi yang peka. Tidak demikian halnya dengan Nixon dan Johnson. Sampai hari ini, “jawara” dari Texas yang bernama Johnson ini malah masih dicurigai sebagai salah satu pihak yang berkonspirasi untuk membunuh Presiden John F. Kennedy (tahun 1963). Dalam hal Nixon, yang pertama diingat orang apabila menyebut namanya adalah skandal Watergate. Capaian besarnya dalam hal pemulihan hubungan dengan RRC pada tahun 1972 hampir hilang dari ingatan orang-orang, apalagi mereka yang tidak senang membaca buku/tulisan bidang sejarah.

Sekarang, marilah kita mengingat kembali gerakan hak-hak sipil pada tahun 1960an di Amerika Serikat. Dr. Martin Luther King, Jr. adalah seorang pendeta Kristiani yang memberi hidup dan arahan bagi gerakan tersebut di negerinya. Dia memberikan martabat dan pengharapan untuk adanya partisipasi yang lebih bebas dalam kehidupan nasional bagi orang-orang yang sebelumnya tidak memiliki sedikit harapan saja dalam hal itu. Dr. King menginspirasikan dunia dengan visinya dan kemampuannya untuk berpidato, dan mengubah cara hidup warga Amerika dalam hidup bersama. Amerika Serikat memang berbeda sekarang karena seorang Dr. Martin Luther King, Jr. Sekarang pertanyaannya adalah, apakah dia seorang pemimpin? Tentu saja! Apakah dia seorang manajer yang baik? Tidak, Dr. Luther bukanlah seorang manajer yang baik! Gerakan hak-hak sipil yang diperjuangkan dan dipimpin olehnya bisa saja gagal berantakan jika Dr. Luther tidak didukung oleh para staf pendukungnya yang terdiri dari orang-orang yang memiliki talenta manajemen yang luarbiasa. Jadi, baik kepemimpinan maupun manajemen bersifat komplementer, saling mengisi, dan dua-duanya vital untuk tercapainya sukses organisasi.

CATATAN PENUTUP

Tulisan ini dimaksudkan untuk para pemudi dan pemuda yang bercita-cita menjadi pemimpin di negeri tercinta Indonesia. Khusus untuk merekalah saya memberikan sebuah soal untuk dijawab dan direnungkan sendiri. Kemudian anda yang menjawab soal ini bertanya kepada dirimu sendiri: Mengapa saya melakukan pemilihan seperti itu?

Pada halaman depan Harian Kompas, hari ini, Rabu, 8 Januari 2014, terdapat gambar 6 (enam) gambar kepala orang-orang terkenal, yaitu dari kiri-ke kanan: Joko Widodo, Prabowo Subianto, Aburizat Bakrie, Wiranto, Megawati Soekarnoputri dan Jusuf Kalla.

1. Urut-urutkanlah mereka masing-masing dari nomor 1 sampai dengan nomor 6 berkaitan dengan pokok-pokok kepemimpinan yang tertulis dalam tulisan ini. Untuk pribadi yang paling memenuhi syarat sebagai seorang pemimpin,  berikanlah angka 1, dst.

2. Urut-urutkan mereka menurut visi mereka berkenan dengan kesejahteraan rakyat Indonesia. Bagi yang terbaik, berikanlah angka 1, dst. (Bacalah tulisan saya yang berjudul PERANAN VISI DALAM KEPEMIMPINAN, KOMPASIANA, 31 Desember 2013).

3. Urut-urutkanlah mereka menurut integritas yang dimiliki masing-masing menurut pandangan anda sendiri. Untuk yang paling berintegritas, berikanlah angka 1, dst. (Bacalah tulisan saya yang berjudul KEPEMIMPINAN DAN INTEGRITAS, KOMPASIANA, 29 Desember 2013).

4. Urut-urutkanlah mereka menurut bela rasa mereka masing-masing terhadap orang-orang kecil dalam masyarakat. Untuk yang paling berbela rasa, berikanlah angka 1, dst. (Bacalah tulisan saya yang berjudul PENTINGNYA BELA RASA DALAM KEPEMIMPINAN, KOMPASIANA, 2 Januari 2014).

Ingatlah bahwa yang anda lakukan adalah untuk mempertajam pemahaman anda tentang kepemimpinan. Tidak lebih, tidak kurang!

Jakarta, 8 Januari 2014

Drs. F.X. Tiardja Indrapradja

KOMPASIANA, 8 JANUARI 2014

This entry was posted in KEPEMIMPINAN [LEADERSHIP] - BAHASA INDONESIA and tagged , . Bookmark the permalink.

Leave a comment